Minggu, 09 November 2008

TRIO BOM BALI














TRIO BOM BALI

Akhirnya, Eksekusi Pukul 00.00 Dini Hari

CILACAP - Berakhir sudah kisah trio terpidana mati kasus bom Bali Amrozi, Ali Ghufron alias Mukhlas, dan Imam Samudra. Peluru tajam 5,6 milimeter yang dilepaskan regu tembak Brimob Polda Jawa Tengah tepat ke arah jantung, merenggut nyawa mereka. Eksekusi dilakukan di tengah perkebunan jeruk di kawasan bekas Rutan Nirbaya, Nusakambangan, setelah hujan mengguyur sekitar pukul 00.00 WIB dini hari tadi.

Begitu mendengar berita eksekusi, saudara-saudara Amrozi berdatangan ke rumah Tariyem (ibu Amrozi), di Tenggulun, Solokuro, Lamongan. Tidak ada tangis dari mereka. Demikian juga di rumah Imam Samudra di Serang.

Pagi ini ketiga jenazah diterbangkan dengan helikopter menuju ke daerah kelahiran masing-masing.

Proses eksekusi dimulai dengan menjemput ketiganya di sel super maximum security Lapas Batu yang telah mereka tempati tiga tahun belakangan. Dengan mata ditutup dan tangan diborgol, diapit anggota Brimob, mereka dibawa ke Nirbaya yang berjarak sekitar 6 km selatan Lapas Batu.

Belum jelas apakah Amrozi dkk melawan atau tidak. Sebab, sejak awal ketiganya menegaskan tak mau mati hanya dengan diam. ''Saya akan melawan. Yok opo carane, pokoke ngelawan (Bagaimanapun caranya, pokoknya melawan, Red),'' kata Amrozi kepada Jawa Pos yang ikut menjenguknya saat Lebaran bulan lalu. Yang jelas, begitu sampai di Nirbaya, kaki ketiganya diborgol di tiang pancang setinggi 2 meter yang berjarak tujuh meter satu dengan lainnya. Begitu pula tangan mereka.

Selanjutnya, tiga regu tembak dari Brimob Polda Jawa Tengah yang masing-masing berjumlah 12 orang membidik sasaran setelah dokter menentukan dan memberikan tanda letak jantung mereka. Jaksa eksekutor memberikan aba-aba dan, ''dor''. Suara tembakan membelah malam. Ketiganya terkulai setelah dada mereka tertembus masing-masing enam butir peluru.

Prosedur tetap tata cara pidana mati menyebutkan bahwa eksekusi dengan tembak mati dilakukan 12 orang. Namun, hanya enam senjata yang berisi peluru tajam, sisanya hampa. Mana yang hampa, mana yang tidak, tak ada yang tahu. Tujuannya mengurangi beban psikologis eksekutor.

Sesudah didor, ketiga jenazah pelaku peledakan bom yang menewaskan 202 orang di Bali pada 2002 itu diusung tandu dan dibawa ambulans. Ketiganya lalu diotopsi oleh tim dokter kepolisian, termasuk dijahit luka di punggungnya karena jebol diterjang timah panas dari jarak sekitar 10 meter. Proses penjemputan hingga kembalinya jenazah ke balai pengobatan hanya memakan waktu sekitar 2 jam -sesuai dengan rencana semula.

Ali Fauzi, adik Amrozi dan Mukhlas, baru diperbolehkan naik ke Nusakambangan dini hari tadi sekitar pukul 02.00 untuk ikut memandikan dan mengafani jenazah yang ada di balai pengobatan. Ali, yang sebenarnya sudah tiba di Cilacap pukul 15.00 kemarin, mengajak Syuhada, sepupunya. Syuhada adalah tukang memandikan jenazah yang memang dipesan khusus oleh Amrozi dan Mukhlas. ''Saya sudah membawa kafan 20 meter dari Lamongan,'' kata Ali saat ditemui Jawa Pos di Cilacap tadi malam.

Begitu sampai di Cilacap, sebenarnya mereka ingin kembali pulang karena salah sangka. Mereka mengira eksekusi telah dilakukan. ''Dalam kesepakatan kemarin (Jumat dengan Muspida Lamongan, Red) kami datang hanya untuk memandikan jenazah yang telah dieksekusi. Nyatanya mereka (saat Ali datang ke Cilacap, Red) belum dieksekusi. Kami merasa dipolitisir,'' tambah Ali. Mereka tak ingin masuk ke Nusakambangan saat Amrozi cs masih hidup karena takut dianggap merestui eksekusi.

Namun, setelah tarik ulur dengan Polres Cilacap dan Polda Jateng bahwa eksekusi dilakukan tadi malam, mereka setuju untuk masuk. ''Ini pun setelah berkoordinasi dengan keluarga (di Lamongan), diputuskan untuk menunggu,'' imbuhnya. Dengan demikian, tujuan mereka ke Nusakambangan tetap seperti semula, yakni memandikan dan merawat jenazah. ''Tapi, bukan berarti kami menyetujui. Kami masih mempersoalkan eksekusi ini,'' sambung Ali Fauzi.

Selama di Cilacap mereka menunggu di ruang Kasatlantas Polres Cilacap AKP Maulana Hamdan. Dengan demikian, sampai di Lamongan hari ini, jenazah itu tak dikafani ulang. Jenazah hanya dibuka wajahnya, disalati, lalu dimakamkan.

Setelah dikafani dan dimandikan, ketiga jenazah tersebut langsung diterbangkan ke keluarga masing-masing dengan menumpang helikopter polisi. Jenazah Imam dibawa ke Serang, Banten via Jakarta, sedangkan kakak beradik Mukhlas-Amrozi dibawa ke Tenggulun, Lamongan, via Semarang.

Persiapan proses eksekusi dimulai sejak pagi. Ini terlihat saat sebuah helikopter kembali mendarat di helipad belakang Lapas Batu. Dengan demikian, helikopter yang standby di sana menjadi dua unit. Tak lama kemudian, Kapolda Jateng Irjen Pol F.X. Soenarno yang menjadi penanggung jawab wilayah dalam operasi tiba di lokasi. Cuaca Kota Cilacap seharian kemarin sempat terang ketika pagi dan hujan sekitar pukul 19.30 tadi malam.

Sebelum melakukan tugasnya, seperti diberitakan (Jawa Pos, 7/11), tim eksekutor menggelar geladi bersih secara lengkap, baik oleh polisi, jaksa, dokter, maupun rohaniwan. Proses geladi bersih dimulai dari penjemputan terpidana hingga membawa kembali jenazah. Acara itu ditutup dengan proses otopsi dan merawat jenazah di balai pengobatan milik Lapas Batu. "Semua proses baru selesai pukul 14.00 dan eksekusi dinyatakan siap sejak pukul 15.30 kemarin," kata sumber koran ini.

Eksekusi trio terpidana bom Bali adalah eksekusi terbesar yang pernah digelar. Mem-backup Polda Jawa Tengah, Mabes Polri all out dalam melakukan operasi, mulai pra, saat, dan pascaeksekusi. "Kita hanya antisipasi keamanannya. Tidak terlibat dalam proses eksekusinya," kata Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji saat dihubungi tadi malam. Keamanan diantisipasi oleh Direktorat I Keamanan dan Transnasional Bareskrim serta Densus 88/Antiteror yang disebar di sejumlah lokasi penting.

"Proses ini semua di bawah Deops Polri," kata Direktur Polisi Udara Babinkam Polri Brigjen Pol Bambang Tjahyono saat dihubungi. Pihaknya memperbantukan tiga helikopter untuk operasi ini. Berapa dananya? "Kita belum mengerti karena nanti dihitung belakangan, berapa minyak yang habis dan sebagainya," akunya. Selain heli, yang paling mencolok adalah deploy 1 batalyon atau seribu personel brimob ke Nusakambangan. Kadiv Humas Polri Irjen Pol R. Abubakar Nataprawira juga belum mengetahui besarnya anggaran untuk operasi tersebut.

Siapkan 16 Penggali Kubur

Pengerahan petugas kepolisian untuk mengamankan rencana kedatangan jenazah Amrozi dan Ali Ghufron alias Mukhlas, mencapai puncaknya tadi malam. Ratusan polisi berada di sekitar Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro. Mereka dari Polres Lamongan, Gresik, dan Polwil Bojonegoro. Selain itu, ada satu kompi pasukan Brimob dan Jihandak Polda Jatim.

Sebelum berangkat ke Tenggulun sekitar pukul 20.00, ratusan polisi itu melaksanakan gelar pasukan di halaman Mapolres Lamongan, Jalan Kombespol Duriyat. ''Kita sudah siapkan 900 anggota,'' kata Kapolres Lamongan AKBP Imam Sayuti.

Operasi penggeledahan di pintu keluar-masuk Solokuro tadi malam juga semakin intensif. Tidak hanya menanyakan surat-surat kelengkapan kendaraan. Petugas kepolisian juga memeriksa barang-barang bawaan pengendara, baik sepeda motor maupun mobil. Yang bertugas berasal dari Polres Gresik. Maklum, Solokuro merupakan salah satu wilayah perbatasan antara Gresik - Lamongan.

Selain Tenggulun, beberapa area yang mendapat pengamanan superketat dari polisi adalah rute yang bakal dilalui iring-iringan kendaraan yang membawa jenazah Amrozi dan Mukhlas nanti. Yakni, mulai lapangan pendaratan helikopter hingga rumah Tariyem, ibu kandung Amrozi dan Mukhlas.

Hanya, hingga tadi malam belum ada kepastian bakal mendarat di mana helikopter yang membawa jenazah Amrozi dan Mukhlas. Yang jelas, petugas telah menyiapkan tiga helipad. Yakni, di Desa Bulubrangsi (selatan Tenggulun), Desa Tebluru (barat Tenggulun), dan Drajat (utara Tenggulun). Namun, sangat mungkin pendaratan dilakukan di Tebluru. Sebab, jaraknya relatif dekat dengan Tenggulun.

Sumber Jawa Pos menyebutkan, selepas turun dari helikopter, jenazah dibawa dengan mobil ambulans ke rumah Tariyem. Setelah pihak keluarga mengenali saja, jenazah dibawa ke Masjid Baitul Muttaqin untuk disalati. Selanjutnya jenazah ditandu ke Ponpes Al Islam, sebelum akhirnya disemayamkan di makam desa. Hingga berita ini ditulis, lubang kubur juga belum dipersiapkan.

''Sebanyak 16 penggali kubur sudah disiapkan. Sewaktu-waktu siap menjalankan tugas ketika sudah ada perintah,'' kata Kepala Desa Tenggulun Abu Sholeh.

Polisi Geledah Mobil ke Serang

Tadi malam, suasana Kota Serang mencekam. Mulai pukul 20.00 polisi makin mengetatkan pengamanan dalam status siaga satu. Di setiap sudut kota, polisi siaga dengan senjata. Polda Banten bahkan memberlakukan penggeledahan terhadap semua mobil yang masuk Kota Serang, baik dari pintu tol Serang-Jakarta maupun pintu masuk non-tol.

Polisi tampaknya mengawasi ketat jaringan buron teroris nomor wahid, Noordin M. Top, beraksi di Serang menjelang eksekusi Amrozi cs. Polda Banten melarang semua personel libur.

Suasana ketegangan juga terlihat mencolok di mulut gang menuju rumah Imam Samudra di RT 1 RW 1 Kampung Lopang Gede, Kelurahan Lopang. Puluhan polisi bersenjata lengkap berjajar di pintu masuk. Mereka bergabung dengan pengamanan Pamswakarsa. Setiap kendaraan bermotor, kecuali warga, dilarang masuk.

Rumah Persembunyian Azhari Mangkrak

Hari ini tepat tiga tahun terbunuhnya gembong teroris Dr Azhari Husein yang diberondong peluru polisi di Kota Batu. Saat itu pukul 15.30, Rabu 9 November 2005. Azhari tewas ditembak tim Densus 88 yang menyergapnya. Tepat tiga tahun setelah terbunuhnya Azhari ini pula menjadi hari eksekusi rekannya, Amrozi cs, di Nusakambangan.

Bagaimana kondisi Vila Flamboyan di kawasan Sengkaling, Batu, itu sekarang? Pantauan Radar Malang (Jawa Pos Group), lubang-lubang bekas tembakan peluru tajam di dinding rumah masih terlihat menganga. Genting dan atap rumah yang ambrol akibat ledakan bom bunuh diri juga dibiarkan tetap terbuka menghadap langit. Lapisan dinding rumah berserakan di mana-mana. Kayu-kayunya pun mulai terlihat rapuh. Bertumpukan dengan kaca jendela yang pecah berantakan.

Tak terawatnya kondisi rumah bekas kontrakan Azhari itu juga terlihat dari banyaknya tumbuhan liar di areal rumah tersebut. Rumput liar itu tidak hanya berada dalam rumah, tapi juga di depan rumah. Bahkan, pagar pintu bagian depan rumah nyaris tertutup tanaman liar.

Kondisi tak terawat itu sama halnya saat tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri meninggalkan lokasi penggerebekan tiga tahun silam. Hingga kini, rumah milik Supomo, asal Surabaya, tersebut sengaja dibiarkan. Tidak ada perbaikan atau pembangunan di rumah itu. Kondisinya tetap dibiarkan berantakan.

Mendapati rumah bekas kontrakan Azhari itu tidaklah sulit. Semua warga penghuni kawasan tersebut mengetahuinya. Cukup menanyakan kontrakan Azhari, semua warga langsung mengarahkan ke lokasi itu. Maklum, penggerebekan tersebut tidak hanya menjadi kenangan getir warga sekitar. Apalagi, sorotan media massa dalam dan luar negeri tertuju ke daerah mereka.

''Itu rumahnya di depan pertigaan. Pokoknya, kalau Mas melihat rumah rusak, ya itu tempatnya,'' ujar Matsuri, penjaga salah satu rumah di perumahan tersebut

Label

Pernak Pernik

  • Lukisan Hati
  • Lain lain

Mobil Kesayanganku

Mobil Kesayanganku
Mitsubishi Galant V6 2.0 24Valve

Mengenai Saya

Foto saya
Ds Kaum Ds Subah Kab Batang, Jawa Tengah, Indonesia
Meski besar di desa tapi hati ini bahagia, subah bagaikan magnit permanen yang senantiasa menarikku kuat untuk selalu pulang dan menikmati keindahan desa-ku yang penuh kenangan indah baik suka maupun duka. Pada ortu yg telah membesarkan aku, aku sangat hormat dan taat pd nasehat mu, aku sangat mencintaimu bapak dan ibu. Salam hormat dan sungkem untukmu selalu, mudah-mudahan amalan perbuatanmu diterima disisih Allah SWT, Amiiin